Untuk jumlah konsumsi karet dunia
dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan, jika pada tahun 2009
konsumsi karet dunia sebesar 9,277 juta ton, untuk tahun 2010 naik menjadi 10,664
juta ton. Sementara produksi karet mentah dunia hanya mampu memberikan sebanyak
10,219 juta ton pada tahun 2010 naik dibandingkan dengan tahun 2009 yang
sebesar 9,702 juta ton karet alam atau minus sekitar 445.000 ton. Harga karet
di pasar dunia tersebut dipengaruhi oleh tingginya permintaan terhadap
komoditas tersebut dari negara-negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang
pesat seperti China, India, dan Asia Pasifik.
Berdasarkan data Biro Pusat
Statistik bahwa untuk luas areal karet Indonesia sebagai yang terbesar di dunia
dengan luas 3,4 juta hektar, diikuti Thailand seluas 2,6 juta hektar dan
Malaysia 1,02 juta hektar. Meski memiliki lahan terluas, produksi karet
Indonesia tercatat sebesar 2,4 juta ton atau di bawah produksi Thailand yang
mencapai 3,1 juta ton, sedangkan produksi karet Malaysia mencapai 951 ribu ton.
Untuk mutu bahan olah karet rakyat (bokar) sangat menentukan daya saing karet
alam Indonesia di pasar International. Dengan mutu bokar yang baik akan
terjamin permintaan pasar jangkan panjang. Mutu bokar yang baik dicerminkan
oleh Kadar Kering Karet (KKK) dan tingkat kebersihan yang tinggi. Upaya
perbaikan mutu bokar harus dimulai sejak penanganan lateks di kebun sampai
dengan tahap pengolahan akhir.
Indonesia pada tahun 2010 hanya mampu
memberikan kontribusi untuk kebutuhan karet dunia sebanyak 2,41 juta ton karet
alam atau urutan kedua setelah Thailand yang sebesar 3,25 juta ton. Menurut
data Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO), untuk tahun 2011 produksi
karet alam dunia diasumsikan hanya berkisar 10,970 juta ton sementara untuk
konsumsi diperkirakan mencapai 11,151 juta ton sehingga terjadi kekurangan
pasokan atau minus sekitar 181.000 ton. Kurangnya produk karet alam dunia di
tahun 2011 salah satunya di karenakan terganggunya produksi karet di beberapa
negara seperti Australia, hujan deras yang disebabkan oleh lamina yang juga
menyebabkan banjir di negara tersebut telah mengganggu proses penyadapan karet.
Kemudian di Thailand asosiasi natural rubber producing countries di Thailand
memperkirakan produk karet alam pada musim dingin yang berlangsung mulai
Febuari-Mei berdampak pada menurunnya produk karet hingga 50 persen. Dengan
adanya asumsi tersebut, dipastikan Indonesia berpeluang besar untuk memasok
karet alam hasil produk Indonesia ke luar negeri/ekspor dan tentunya dengan
catatan untuk produk karet Indonesia agar lebih ditingkatkan. Untuk tahun 2010
ekspor karet Indonesia sebesar 1,9 juta ton. Diperkirakan untuk targetnya tahun
ini ekspor karet bisa naik hingga 10%. (Sumber data BPS, media terkait, data
diolah F. Hero K. Purba)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar